Rabu, 05 September 2007

Tadarus Alquran

Tadarus Alquran berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu Allah, yang turun pertama kali pada malam bulan Ramadhan (QS Al-Baqarah [2]: 185). Dengan tadarus Alquran, kandungan hikmah yang termuat dan terkumpul di dalam Alquran dapat menjadi kompas penunjuk jalan menuju kebenaran, kini dan mendatang.

Kehadiran dan kandungan Alquran, sebagai "bacaan", memang menjadi penyempurna ajaran-ajaran agama para nabi dan rasul yang diutus Allah sebelum Nabi Muhammad SAW. Seperti dijelaskan dalam salah satu ayat-Nya, kitab suci ini berfungsi sebagai "petunjuk" bagi manusia (huda li al-nas), tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga umat manusia secara keseluruhan. Juga berfungsi sebagai "penjelas" (bayyinat) dan sekaligus "pembeda" (al-furqan) di antara yang benar dan yang batil.

Sesuai dengan fungsinya itu, kandungan Alquran mencakup berbagai tema; ketuhanan, kenabian dan wahyu, eskatologi, kemanusiaan baik sebagai makhluk individu maupun sosial, alam semesta, iblis/setan dan kejahatan, dan lain-lain. Sebagian tema-tema pokok itu diungkapkan secara rinci, dan sebagian lagi hanya dalam bentuk garis-garis besar; sebagian diungkapkan dalam bentuk yang sudah muhkamat (jelas hukumnya) atau qat'i al-dilalah (pasti arahnya), dan lebih banyak lagi dalam bentuk ghayr muhkamat (tidak pasti hukumnya) atau zhanny al-dilalah (belum pasti arahnya).

Tadarus Alquran berarti memahami dalil-dalil Alquran yang bersifat muhkamat dan qat'i, yang pada umumnya berkenaan dengan soal-soal pokok dalam akidah (keimanan) dan ibadah-ibadah utama (mahdhah). Meski demikian, penjelasan dan rincian mengenai akidah dan ibadah ini tidak tercakup di dalam Alquran, sehingga memerlukan hadis Nabi SAW, yang pada gilirannya menghasilkan ijtihad para ulama dalam berbagai bentuknya. Kenyataan itu menunjukkan kemampuan Islam dalam mempertahankan dirinya dari terjadinya "relativisme" agama.

Tadarus Alquran berarti pula memahami ayat-ayat Alquran tentang muamalat (kehidupan sosial), seperti kehidupan pendidikan, politik, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya hanya dalam bentuk garis besar, dan ghayr muhkamat atau zhanni al-dilalah. Dengan karakter seperti itu, maka ayat-ayat tersebut dapat diinterpretasikan dan dikontekstualisasikan secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, tempat dan kondisi, tentu selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok Islam.

Tadarus Alquran harusnya menjadi salah satu perintah mulia yang dilaksanakan orang-orang mukmin berpuasa. Tadarus pada bulan puasa Ramadhan berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu Allah, untuk mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang benar dan lurus; di dunia dan akhirat.

(Prof Dr Azyumardi Azra MA )

Tidak ada komentar: