Oleh : Sigit Indrijono
''Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberi karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari kiamat'' (QS Hud [11]: 3)
''Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'' (QS Ibrahim [14]: 7).
Dua ayat tersebut di atas, merupakan petunjuk dari Allah SWT bagi kita, dalam mengelola karunia nikmat-Nya. Dengan mengelola nikmat sesuai kehendak-Nya, nikmat akan terus menerus diterima, bahkan akan ditambah. Sebaliknya, jika lalai terhadap nikmat karunia-Nya, akan berakibat mendapat azab-Nya. Sesungguhnya, hakikat nikmat pemberian-Nya adalah ujian, apakah kita mampu bersyukur. Oleh karena itu, kita wajib untuk beryukur atas nikmat yang diperoleh.
Bukan sekedar mengucapkan, ''Alhamdulillah'' belaka. Esensi syukur adalah menggunakan karunia nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya. ''Bila kalian melihat Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya yang selalu berlaku maksiat (durhaka), ketahuilah bahwa orang itu telah di-istidraj-kan (diberi tapi tidak diridhai) oleh Allah SWT.'' (HR Tabrani, Ahmad dan Baihaqi)
Hadis di atas menerangkan bahwa Allah SWT memberi karunia nikmat kepada orang yang berlaku maksiat, jika dikehendaki-Nya. Hanya saja mereka tidak mendapat ridha dari Allah SWT atas nikmat yang mereka peroleh. Karena, mereka tetap melakukan kemunkaran dan sama sekali tidak bersyukur.
Imam Hasan Basri mengatakan, ''Sesungguhnya Allah SWT memberikan karunia nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Bila mereka tidak bersyukur, maka Dia akan membalikkan nikmat tersebut menjadi azab.'' Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat mengelola karunia nikmat-Nya sesuai kehendak-Nya dan menghindarkan kita dari istidraj.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar