Rabu, 05 September 2007

Budaya Konsumtif


''Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.'' (QS Al-Isra' [17]: 26).

Firman Allah SWT ini sangat penting untuk dihayati dan diamalkan oleh kita yang menjalankan ibadah puasa. Karena, meski di bulan Ramadhan kita dapat menahan lapar dan dahaga, namun acapkali tak mampu untuk menahan diri dari sifat boros. Padahal salah satu hikmah ibadah puasa adalah momentum untuk membuang sifat konsumtif dan secara simultan menumbuh-kembangkan kepedulian muslim yang mampu terhadap kaum dhuafa.

Begitu mudah kita terjangkit penyakit gila belanja (shopaholic). Budaya boros ini menjangkiti hampir semua lapisan usia di Tanah Air. Anak-anak lebih mementingkan pulsa telepon selular ketimbang menabung untuk keperluan sekolah. Ibu rumah tangga terlalu banyak belanja untuk make up, perhiasan, perabotan, dan makanan. Sementara kaum bapak bergaya hidup mewah demi gengsi.

Puasa sejatinya menanamkan etos penyadaran bagi manusia untuk mengukur dan mengendalikan diri, agar kehidupannya dapat lebih terarah, produktif dan bermakna bagi dirinya serta sesama umat manusia.

Perenungan ini mutlak diperlukan, agar puasa tidak hanya menjadi rutinitas ibadah tahunan tanpa makna. Jangan sampai di bulan Ramadhan kita justru bertambah boros daripada bulan-bulan yang lain. Sementara pesan puasa yang menuntut kita untuk bersedekah dan berbagi kelebihan kepada sesama malah terlupakan.

(Rokhmin Dahuri )

Tidak ada komentar: