Rabu, 05 September 2007

Bahaya Riya'

Suatu hari Rasuallah SAW bersabda kepada para sahabat, ''Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil.'' Maka beliau ditanya oleh sahabat tentang itu. Beliau berkata, ''Syirik kecil itu adalah riya'.'' (HR Ahmad).

Riya berasal dari akar kata raa-a yuraa-i yang maknanya adalah melakukan suatu amalan tidak untuk mencari keridhaan Allah, melainkan mencari popularitas ataupun pujian dari orang lain. Riya' bukanlah suatu penyakit zhahir yang dapat terdeteksi oleh dokter, melainkan suatu penyakit hati yang amat samar dan tak kasat mata. Namun, dampak penyakit riya' lebih berbahaya daripada penyakit yang kasat oleh mata, bahkan syirik kecil ini dapat menjadi syirik besar.

Riya' merupakan akhlak yang tercela dan termsuk sifat orang-orang munafik. Allah SWT berfirman, ''.. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.'' (QS An-Nisaa' [4]: 142).

Menurut Imam Al-Ghozali, orang yang memiliki penyakit riya' dapat dideteksi dengan tanda-tanda sebagai berikut, malas beramal bila dia sendirian dan sungguh-sungguh bila ada di tengah-tengah orang. Dia akan menambah amalannya bila dipuji, dan akan melanggar larangan bila sendirian.

Dalam Alquran, Allah berkali-kali mengingatkan kita untuk tidak riya'. ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah riya'. Pertama, memurnikan niat beribadah hanya karena Allah SWT. Kedua, meyakini dengan sebenarnya bahwa diri ini hanyalah seorang hamba. Seorang hamba tidak berhak meminta kompensasi dalam pengabdian kepada Tuhannya, apalagi mengharap pujian dari orang lain.

Ketiga, memperbanyak ibadah secara sembunyi-sembunyi. Yaitu apabila ada kekhawatiran jika amal yang dilakukan akan diketahui orang lain dan dapat mengarah kepada riya'. Terakhir, banyak memohon kepada Allah agar terhindar dari penyakit riya'. Semoga kita terbebas dari syirik kecil itu.

(Roghibatul Luthfiyyah )

Tidak ada komentar: