Sabtu, 27 Oktober 2007

Doa Sukses



Oleh : Uwes Fatoni

Setiap manusia senantiasa berharap sukses dalam kehidupan dengan memperoleh semua yang diinginkan dan dicita-citakannya. Kesuksesan ini bisa dalam bentuk sukses materi, sukses sosial, sukses intelektual, atau sukses emosional. Setiap kesuksesan tersebut bagi seorang Muslim, tidak hanya diperoleh dengan ikhtiar, namun juga disertai doa.

Doa merupakan pendorong rohaniah untuk terus berusaha karena meyakini bahwa setiap usaha yang dibarengi doa pasti akan sukses. Allah berfirman, ''Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku jawab.'' (QS Al-Mu'min [40]: 60).

Dengan keyakinan ini setiap ikhtiar yang kita usahakan akan dilakukan dengan sebaik mungkin, kalau bisa sampai sempurna atau minimal mendekati kesempurnaan. Dalam sebuah hadis Qudsi rasulullah bersabda, ''Sesungguhnya Allah berfirman: Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku dan Aku akan senantiasa menyertainya apabila berdoa kepada-Ku.'' (HR Bukhari Muslim).

Para nabi dan Rasul, sebagaimana dikisahkan secara indah dalam Alquran senantiasa berdoa untuk sukses dalam misinya sebagai pribadi atau sebagai pemimpin umat. Nabi Ayub berdoa untuk sembuh dari penyakit; Nabi Isa berdoa untuk mendapat rezeki yang halal; Nabi Zakaria berdoa untuk mendapatkan keturunan yang baik; Nabi Sulaeman berdoa untuk mendapatkan kekuasaan. Doa-doa mereka merupakan doa-doa yang baik (ma'tsurat) yang dapat kita contoh dengan mengikuti dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Doa juga dinilai sebagai ibadah yang utama di sisi Allah, ''Tidak ada satu pun amal yang lebih mulia pada pandangan Allah daripada doa,'' (HR Bukhari). Bahkan, Allah membenci orang-orang yang enggan berdoa kepada-Nya, ''Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdoa), akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.'' (QS Al-Mu'min [40]: 60). Betapa tingginya nilai doa bagi seorang Muslim, sehingga rasul menyatakan doa merupakan intinya ibadah (mukhul ibadah) dan senjata bagi orang yang beriman.

Agar kita senantiasa sukses dalam hidup marilah kita berdoa, baik di kala susah atau senang, ketika miskin atau kaya, dalam keadaan lapang atau sempit. Doa yang dipanjatkan secara dawam (rutin) inilah yang paling Allah sukai. ''Barangsiapa yang menginginkan doanya dipenuhi Allah ketika dia dalam kesulitan, hendaknya dia memperbanyak doa di waktu lapang (HR Tirmidzi dan Hakim).

Menguji Keimanan

Menguji Keimanan

Oleh :

''Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka hal ini disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.'' (QS Al-Syura [42]: 30).

Suatu musibah pada dasarnya adalah ujian bagi manusia yang beriman. Melalui musibah dapat diketahui apakah seseorang benar-benar mukmin atau tidak. Hendaknya dicamkan di dalam diri setiap mukmin bahwa Allah sama sekali tidak zalim kepada hamba-Nya, melainkan manusia itu yang menzalimi dirinya.

Karena itu, kita harus berprasangka baik kepada Allah. Apa yang terjadi pada diri kita semua merupakan ketetapan-Nya. Bahwa sesungguhnya setelah (timbul) kesulitan akan segera datang kemudahan. Namun demikian, kewaspadaan merupakan keharusan. Rasa was-was itu adalah penyakit dan bisikan setan.

Sebenarnya bagi para ahli geofisika ancaman gempa, misalnya, sudah diketahui. Yang belum diketahui mereka adalah kapan persisnya hari kejadiannya. Untuk itu menjadi kewajiban pemerintah menyediakan peralatan early warning system dan mengadakan sosialisasi bagaimana caranya menghadapi gejala gempa dan dengan cara bagaimana berlindung dari reruntuhan bangunan.

Ketika bencana sudah datang, kepedulian kita sangat berarti bagi saudara-saudara kita yang menjadi korban. Bukan bantuan sembako yang dibutuhkan mereka. Namun, juga kepedulian, termasuk dari para pejabat yang bertanggung jawab di wilayah musibah untuk menenangkan mereka. Dalam hitungan jam pada hari pertama para korban dipenuhi oleh suasana kecemasan, kebingungan, dan kesedihan menghadapi para korban yang meninggal dan luka-luka di tengah reruntuhan rumah-rumah mereka.

Langkah selanjutnya menghadapi musibah semacam ini sebagai seorang yang beriman adalah bersyukur dan berdoa. Atas apa yang terjadi pada kita semuanya merupakan rahmat Allah. Berdoa di Ramadhan memang waktunya. Allah menegaskan Dia amat dekat, ''Berdoalah kepada-Ku niscaya akan dikabulkan orang yang berdoa kepada-Ku. (QS 2:186).

Langkah ketiga adalah memanifestasikan rasa solidaritas kita kepada saudara-saudara kita apa pun agamanya yang terkena musibah.

Mendekatkan Diri



Oleh : Sigit Indrijono

''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.'' (QS Al-Maidah [5]: 35).

Salah satu perintah Allah SWT dalam ayat di atas adalah untuk mencari jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bahasa dien, disebut dengan taqarrub ilallah. Allah SWT berfirman, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.'' (QS Al Baqarah [2]: 186). Allah SWT juga berfirman dalam hadis Qudsi, ''Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.'' Allah SWT telah menyatakan kedekatan dengan hamba-Nya. Namun, kita harus selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Amal saleh yang kita lakukan dengan ikhlas, semata-mata mencari ridha-Nya merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kita harus melakukannya sesuai dengan tuntunan dalam Alquran dan hadis. Sehingga, pendekatan yang hakiki kepada-Nya dapat tercapai. Kedekatan diri kita dengan Allah SWT akan memberi beberapa pengaruh positif. Pertama, kita akan selalu ingat kepada-Nya, sehingga merasakan ketenangan dan ketentraman hati. Tidak timbul kegelisahan, kecemasan atau kekhawatiran dalam menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi, karena yakin bahwa Dia selalu menyertai kita.

Kedua, kita selalu berhati-hati dalam berpikir, berperasaan, berkata dan bertindak agar tidak menyimpang dari jalan-Nya, karena selalu merasa dalam pengawasan-Nya. Ketiga, kita berkeinginan selalu memperbaiki amal saleh, karena akan semakin mendekatkan diri kepada-Nya. ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.'' (QS Al Kahfi [18]: 107). Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.'' (QS Al Kahfi [18] : 110).

Dua ayat tersebut menerangkan, jika kita beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah SWT, kita akan bertemu dengan-Nya di surga. Inilah puncak kedekatan kita dengan-Nya. Semoga kita senantiasa dapat melakukan taqarrub-ilallah, sehingga kedekatan dengan-Nya terus meningkat dari waktu ke waktu sampai akhir hayat kita dan bertemu dengan-Nya kelak di surga.