Kita diperintahkan oleh banyak ayat suci Alqur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW agar dalam hidup yang penuh kemelut dan cobaan ini bersikap ikhlas. Karenanya para ulama dan orang-orang bijak menyatakan, ''Beruntunglah orang-orang yang ikhlas karena dalam hidupnya ia semata-mata mencari keridhaan Allah.'' Setiap hari kita juga berikrar, ''Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.''
Kalau saja kita benar-benar menghayati komitmen yang kita ucapkan saat shalat itu, dipastikan setidaknya kita akan dijauhkan dari segala perbuatan tercela. Seperti korupsi, suap menyuap, dan mengumpulkan kekayaan tidak halal, yang oleh Islam dinyatakan sebagai dosa besar. Kita akan mendapati banyak ayat dan hadis yang menjelaskan hal ini, sekaligus sebagai peringatan dari Allah terhadap azab yang akan diberikannya kelak.
Ikhlas dan niat yang baik menyampaikan manusia ke puncak keluhuran dan menempatkannya pada kedudukan orang-orang yang banyak berbuat kebaikan. Sabda Rasulullah SAW, ''Beruntunglah orang-orang yang ikhlas, yaitu orang-orang yang apabila mereka hadir tidak diketahui dan apabila mereka pergi tidak dicari. Mereka itulah lampu-lampu petunjuk, yang karena mereka lenyap segala fitnah yang sangat kejam.'' (Hadis Basihaqi dan Tsauban).
Seperti halnya sifat ikhlas dan niat baik dapat menyampaikan manusia pada kedudukan yang tinggi, maka sifat riya dan niat buruk dapat pula menurunkan manusia ke lapisan yang paling rendah, karena dorongan untuk beramal yang merupakan unsur moral adalah tempat yang diperhatikan oleh Allah SWT. Amal tak dapat dipegangi dan tidak pula dianggap suatu kebaikan, kecuali apabila ia berasal dari satu niat yang baik dan murni karena Allah.
Dalam ihwal yang menyangkut kebaikan ini hendaknya kecenderungan manusia dalam kehidupan adalah kecenderungan berbuat kebaikan bagi dirinya, dan bagi manusia semua. Karena itulah Islam menegaskan bahwa manusia yang paling tinggi nilainya adalah yang paling bermanfaat bagi masyarakatnya.
Bersamaan dengan sikap ikhlas, Islam juga mengajak manusia memiliki sifat tawakal dan berhias diri dengannya. Tapi tawakal dalam pengertian kita dilarang keras mengabaikan usaha dan perjuangan di dunia. Bahkan seperti sabda Nabi, ''Tawakal menjadi tidak benar, apabila hanya bertawakal saja, tanpa sebelumnya didahului usaha.''
( Alwi Shahab )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar