Rabu, 05 September 2007

Puasa dan Keberpihakan

Salah satu watak dasar manusia adalah kecenderungannya untuk selalu berpihak pada orang atau kelompok orang atau pada perilaku yang sejalan dengan keinginannya. Kelompok orang yang berperilaku baik akan selalu memiliki pengikut, sama halnya dengan kelompok orang yang berperilaku buruk pun akan memiliki pengikut pula. Hal ini merupakan sunatullah yang bersifat eksak (pasti) dan konstan (tetap), kapan dan di manapun.

Tidak akan mungkin ada orang atau kelompok orang yang berperilaku netral, meski menyatakan dirinya sebagai orang-orang yang netral. Atau pada waktu yang bersamaan, orang tersebut berpihak pada kebaikan sekaligus pula berpihak pada keburukan. Allah SWT berfirman dalam QS Al Azhab [33] ayat 4: ''Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati (dua kecenderungan dan dua buah pikiran) dalam rongganya ....''

Puasa Ramadhan yang sedang kita lakukan pada hakikatnya adalah mengasah dan menajamkan keberpihakan pada hal-hal yang baik, positif, dan maslahat bagi kebidupan pribadi atau masyarakat. Di sisi lain, juga memandulkan keinginan untuk berpihak pada hal-hal yang buruk, negatif, dan merusak tatanan kehidupan.

Sebagai contoh, puasa menajamkan keberpihakan pada kejujuran. Sehingga, orang yang berpuasa dengan baik dan benar diharapkan akan selalu bertindak jujur, baik jujur pada diri sendiri, keluarga, jujur pada amanah dan tanggung jawab, serta terlebih lagi jujur pada Allah SWT. Kejujuran inilah yang akan mengantarkan pada kebaikan, sebaliknya, khianat dan dusta akan mengantarkan pada keburukan.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, ''Hendaklah kalian jujur karena kejujuran itu akan mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan itu akan mengantarkan pada nikmat surga. Seseorang yang berusaha untuk terus-menerus jujur, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta dan khianat, karena dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan akan mengantarkan pada azab neraka. Seseorang yang terus-menerus dusta, maka kelak akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta.''

Puasa juga menajamkan keberpihakan pada orang-orang lemah yang dekat dengan penderitaan dan berbagai kesulitan. Tidak mungkin orang yang berpuasa dengan baik dan benar akan berperilaku kejam, kasar, dan zalim kepada mereka. Rasa lapar dan haus yang dialami oleh yang berpuasa akan menumbuhkan kasih sayang kepada mereka yang hidupnya selalu lapar.

Keberpihakan kepada mereka (dalam arti memerhatikan nasib mereka) pada hakikatnya akan mengundang pertolongan dan rezeki dari Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya kalian akan mendapatkan pertolongan dan rezeki dari Allah kalau kalian berpihak pada orang-orang yang lemah.'' Semoga kita termasuk dalam barisan hamba yang mampu 'menangkap' hikmah puasa. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

(Didin Hafidhuddin )

Tidak ada komentar: