Tatkala Umar bin Khattab RA dibai'at menjadi khalifah untuk menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, tugas besar utama yang ia lakukan adalah mengangkat Abu Ubaidah menjadi panglima perang. Penunjukan Abu Ubaidah yang menggantikan Khalid bin Walid itu terjadi ketika masih berlangsungnya peperangan Yarmuk melawan pasukan Romawi. Pergantian tersebut dilakukan ketika kaum Muslimin di bawah pimpinan Khalid sedang mengepung Kota Damsyik dan sudah hampir memenangi pertempuran.
Sejarah mencatat, sejak Khalid diangkat menjadi panglima perang pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, hampir seluruh pertempuran dimenangkannya. Namun, Umar mengganti Khalid yang merupakan sepupunya sendiri dengan Abu Ubaidah, setelah melihat fenomena umat yang mulai bergeser dari sudut ketauhidan dalam memandang Khalid. Dalam buku Al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan ketika berita dari Umar tentang pengangkatan Abu Ubaidah untuk menggantikan Khalid disampaikan, Khalid berkata kepada Abu Ubaidah, ''Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda. Mengapa Anda tidak menyampaikannya kepada saya waktu berita itu Anda terima?''
Abu Ubaidah menjawab, ''Saya tidak ingin mengganggu Anda yang sedang berperang. Saya tidak mengharapkan kekuasaan, dan saya bukan bekerja untuk dunia. Saya tidak melihat ada yang akan hilang atau akan terputus, tetapi kita bersaudara. Apa salahnya orang digantikan oleh saudaranya sendiri dalam agama dan dalam dunianya.''
Beberapa hal dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Pertama, sikap Umar mengganti Khalid bukanlah dilandasi karena kedengkian atau kebencian tetapi karena alasan akidah, sebagaimana perkataan Umar kepada Khalid yang terkutip dalam kitab shirah, ''Demi Allah wahai Khalid, sesungguhnya engkau sangat kumuliakan dan kucintai.''
Kedua, Abu Ubaidah tidak marasa congkak dan sombong setelah diangkat menjadi panglima, tapi malah sering meminta masukan kepada Khalid tentang strategi perang. Sedangkan Khalid tidak merasa rendah diri ketika jabatannya dicopot oleh Umar, bahkan turut mendoakan dan memberikan dukungan untuk Abu Ubaidah.
Ketiga, baik Khalid maupun Abu Ubaidah tetap mengedepankan hubungan persaudaraan. Keempat, orientasi tugas yang mereka lakukan bukan untuk sesuatu, melainkan karena Allah. Pada prinsipnya, jabatan adalah amanah. Betapa indahnya jika rasa tanggung jawab pada Allah itu dikedepankan dalam mengemban suatu amanah. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar