(QS. Al-Ahzab:21) 30-4-2007
Oleh : AHMAD NURCHOLISH
Laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun hasanatun liman kâna yarjûllâha walyaumal âkhira wa dzakarallâha katsîra
Artinya : “Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu merupakan teladan yang baik bagi kamu sekalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Melanjutkan kajian kita terdahulu tentang “Nabi: Sang Penunjuk Jalan Menuju Kebenaran” berdasar pada surat an-Nahl ayat 36, alangkah baiknya dalam suasana Maulid (hari kelahiran) di bulan Rabi’ul Awwal ini kita kembali membincang tentang keagungan Nabi kita Muhammad SAW untuk selanjutnya kita jadikan tauladan.
Menurut perhitungan tarikh (sejarah), tanggal 12 Rabi’ul Awwal, mencangkup peristiwa penting dan penuh arti dalam kehidupan Rasulullah SAW. Pertama, pada tanggal itu, Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Peristiwa itu terkenal dengan Tahun Gajah, karena pada waktu tentara Abrahah datang dengan maksud hendak menghancurkan Ka’bah. Peristiwa itu bertepatan dengan tanggal 21 April 571 Miladiyah.
Kedua, pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, Nabi beserta sahabat hijrah dari Makkah ke Yatsrib, yang kemudian kita kenal dengan sebutan Madinah. Peristiwa ini bertepatan dengan tanggal 30 September 622 Masehi.
Ketiga, pada 12 Rabi’ul Awwal pada tahun 10 Hijriyah Nabi Muhammad wafat, yang bertepatan dengan 8 Juni 633 Masehi.
Oleh karenanya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, bukan hanya semata-mata memeringati kelahiran beliau saja, tetapi juga mencakup perjalanan kehidupan beliau semenjak awal kehidupan sampai ke akhir hayat.
Peringatan tersebut, seluruhnya dimaksudkan agar ummat menangkap nilai-nilai yang terdapat dalam riwayat hidup Rasulullah untuk kemudian dijadikan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah konon nawaitu awal (niat awal) yang dibuhul dalam peringatan pertama Maulid Nabi Muhammad SAW.
Disebutkan dalam sejarah, peringatan Maulid pertama kali dilaksanakan pada 600 tahun setelah Nabi wafat. Nabi sendiri sebelumnya tidak pernah melakukan peringatan tersebut. Peringatan kali pertama itu bahkan tidak dilakukan di Makkah atau Madinah, melainkan di Mousul, Irak yang diinisiatifi oleh ‘Abd al-Rahman Al-Kawakabi. Sumber lain menyebut Malik Al-Muzaffar.
Pengambil inisiatif tersebut mamandang bahwa kehidupan umat Islam ketika itu sudah menyimpang dari tuntutan al-Quran dan sunnah Nabi itu sendiri. Penguasa sibuk menjadikan kekuasaan untuk kemewahan pribadi. Kaum hartawan, pengusaha sibuk dengan mengumpulkan kesenangan dunia semata-mata, tanpa mengindahkan lagi masyarakat lemah, dhu’afa dan terlantar. Fakir miskin pun makin diliputi derita dan keputusasaan. Antar anggota masyarakat mengalami keretakan, tidak lagi mencerminkan ukhuwah Islamiyah.
Dalam kondisi seperti itulah ‘Abd al-Rahman al-Kawakibi merasa, memandang penting dan perlu untuk mengenang kembali kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW guna diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat tersebut di atas (33:21), bahwa dalam diri Rasulullah itu merupakan teladan yang baik bagi kamu sekalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah.
Meneladani dalam arti menangkap nilai-nilai yang terkandung dalam sirah Nabi tersebut secara kreatif dan dinamis. Dari upaya meneladani itu, akan timbul semangat hidup yang akan menimbulkan usaha bagi peningkatan kualitas kehidupan itu sendiri.
Melalui peringatan Maulid, sebagaimana dijelaskan oleh Yunan Yusuf (2000:16), umat disadarkan untuk keluar dari belenggu dan melepaskan diri dari kehidupan fatalis serta keluar dari sikap dan kebiasaan menjadikan Islam sebagai nama dan merek saja.
Melalui peringatan ini pula, dibangun kembali kesadaran bahwa Muhammad adalah pemimpin yang membawa umat kepada sesuatu yang memberdayakan, yang mendorong untuk mewujudkan kesetaraan dan keselamatan, baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Jadi, maulid Nabi bukan hanya dirayakan dengan berbagai event dan acara tapi melekat dalam perilaku sehari-hari dengan meneladani akhlak dan semangat yang dibawa Nabi dalam memperbaiki masyarakat.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar