Minggu, 17 Juni 2007

Kesedihan

Setiap orang beriman pasti akan diuji Allah SWT dengan berbagai bentuk musibah dan pahitnya kehidupan. Karena di dalam setiap musibah ada mutiara hikmah. Ujian itu juga menjadi bukti ketulusan iman kita kepada Allah SWT.

Syahdan, Ibrahim bin Adham menjumpai seorang pria yang tengah muram. Ia lalu berkata, ''Aku tanya engkau dengan tiga hal, jawablah olehmu pertanyaan ini. Apakah sebuah benda di dunia ini akan bergerak apabila Allah SWT tidak menginginkannya? Apakah rezeki yang telah ditakdirkan Allah bagimu akan berkurang? Atau apakah ajalmu yang telah dituliskan oleh-Nya bisa dimaju atau dimundukan beberapa saat?''

Laki-laki itu menjawab, ''Tidak.'' Kemudian Ibrahim bin Adham berkata, ''Jadi, atas dasar apa kegelisahan dan kesedihan ini? Kalau rezeki, usia, dan kematian semuanya telah ditentukan Allah SWT, lantas atas dasar apa kita bersedih? Tidak ada alasan bagi kita bersedih dan berputus asa atas musibah yang menimpa. Karena musibah adalah mutiara yang mengandung sejuta hikmah bagi orang yang beriman.''

Seorang mukmin yang bijak menghadapi setiap musibah dengan sikap sabar dan berbaik sangka kepada Allah. Orang yang senantiasa bersabar, ketika ditimpa musibah tidak berputus asa dan jika mendapatkan kenikmatan tidak hanyut dalam kegembiraan yang berlebihan. Sedangkan sikap berbaik sangka pada Allah adalah modal untuk bangkit kembali dari keterpurukan dan semangat untuk mempersembahkan amal yang terbaik kepada Allah SWT.

Allah SWT menyebutkan perbedaan sikap yang sangat mencolok antara orang yang sabar dengan orang yang tidak sabar dalam menghadapi musibah dengan firman-Nya, ''Dan jika kami berikan rahmat kepada manusia, kemudian kami cabut kembali pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika kami berikan kepadanya kebahagiaan setelah ditimpakan bencana yang menimpanya niscaya dia akan berkata, telah hilang bencana itu dariku. Sesungguhnya dia merasa sangat gembira dan bangga. Kecuali orang-orang yang bersabar dan melakukan perbuatan shaleh, bagi mereka itulah ampunan dan pahala yang besar.'' (QS Hud [11]: 9-11).

Cobalah perhatikan kapal layar di lautan. Bukankah kapal layar membutuhkan angin untuk berlayar? Semakin kencang angin bertiup semakin terkembang layar, semakin kencang kapal berlayar. Begitulah suatu musibah bagi orang yang beriman. Semakin besar musibah yang menerpa, semakin besar keimanan dan kesabarannya dalam dada, semakin cepat kedekatannya kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bish-shawab.

(Herman Hasan )

Tidak ada komentar: