Minggu, 17 Juni 2007

Memakmurkan Bumi

Hampir setiap tahun, Hari Bumi diperingati. Hampir setiap tahun pula berbagai macam kegiatan diadakan sebagai lambang penghargaan terhadap alam. Peringatan semacam ini sejatinya dijadikan momentum untuk kembali menafakuri dan mensyukuri alam sebagai nikmat Allah SWT yang tak ternilai.

Alam dan seisinya diciptakan Allah SWT sebagai karunia bagi manusia. ''Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.'' (QS Albaqarah [2]: 29). Dalam ayat lain Allah berfirman, ''Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya).'' (QS Alan'am [6]:141).

Namun, ayat di atas tidak lantas menjadikan manusia mempunyai hak kepemilikan secara penuh atas alam, hingga bebas melakukan apa saja terhadapnya. Allah SWT hanya memberikan 'hak memanfaatkan' kepada manusia atas alam di sekitarnya.

Dalam memanfaatkan sumber daya alam, Allah telah menegaskan rambu-rambu tersendiri seperti tercantum dalam ayat-Nya, ''Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan penuh rasa takut (tidak akan diterima). Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS. Ala'raf [7]: 56).

Allah SWT juga dalam ayat lain berfirman, ''Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya), dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.'' (QS Alan'am [6]: 141).

Namun yang sedang terjadi sekarang, manusia lebih memerankan dirinya sebagai 'pemilik' atas bumi, bukan sebagai pemelihara. Sehingga, tak heran banyak bencana alam terjadi. Padahal, sudah jelas bahwa, ''Dialah yang menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya.'' (QS Huud [11]:61).

Tangan manusia dan kondisi alam memiliki relasi kausalitas. Termasuk atas bencana alam yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Karenanya, mari kita kembali memerankan diri sebagai pemelihara alam, sebagai bukti syukur atas karunia kekayaan seisi bumi. Wallahu'alam bish-shawab.

(Rashid Satari )

Tidak ada komentar: