Ada dua makna akal. Pertama, akal berarti pemahaman terhadap makna yang dikehendaki. Ia berfungsi menjelaskan semua urusan, baik berkenaan dengan masalah dunia maupun agama. Kedua, akal berarti pandangan mata batin dan pengetahuan terhadap mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan baik di dunia maupun di akhirat.
Setiap manusia yang mendapat perintah dan larangan dari Allah melalui para nabi dan kitab suci, berkewajiban menggunakan akalnya. Firman Allah SWT tentang kaum Tsamud berikut juga patut diperhatikan, ''Kaum Tsamud telah Kami beri petunjuk.'' (QS Fushshilat [41]: 17). Maksudnya, Allah telah menjelaskan kepada mereka sesuatu yang dapat mereka pahami dengan akal mereka. ''Tetapi, mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu.''
Orang yang berakal sehat pasti bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal itu, ia memikirkan semua urusan dunia, dari yang besar sampai yang kecil. Khalid ibn Shafwan berkata, ''Bila ada seseorang yang tidak bisa menjelaskan apa-apa, ia tidak ada bedanya dengan binatang ternak atau ia hanya berganti rupa.''
Sayangnya, kebanyakan orang kurang menggunakan akalnya untuk memahami urusan akhirat. Urusan dunialah yang menjadi kecenderungan umum dalam memorinya. Allah SWT berfirman, ''Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka pun mempunyai mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).'' (QS al-A'raf [7]: 179).
Banyak orang tersiksa secara tidak sadar dalam posisi ini, karena mereka sebetulnya berakal kalau saja mereka mau merenungkan semua ayat dan bukti yang menunjukkan bahwa Allah itu satu dan tidak ada sekutu bagi-Nya, yang mereka lihat dan dengar sebagai bukti keberadaan Allah. Tak heran bila kita mendapati Alquran selalu mengajak kita untuk memfungsikan akal.
Allah SWT berfirman, ''Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Langit bagaimana ia ditinggikan? Gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Bumi bagaimana ia dihamparkan?'' (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20). Unta, langit, gunung, dan bumi disebutkan di ayat ini agar kita mau berpikir tentang ciptaan Allah dan memperhatikan lembaran alam semesta. Untuk kemudian, proses berpikir kita itu mengantarkan kita untuk memikirkan siapa yang telah menciptakan semua itu. Tidak heran bila berpikir kemudian bernilai ibadah. Wallahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar