Nabi saw bersabda:
“Kesabaran (yang sempurna itu adalah pada awal terjadinya musibah” (HR. al-Bazar dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah ra.)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan Ibn Abi Dunya sebagaimana dikutip Imam Jalaluddin As-Suyuti, Asy-Syaikh Muhammad bin Umar al-Nawawi di dalam kitabnya Lubab al-Hadits wa Tanqih al-qaul, Nabi saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah dan yang lebih berat dari itu, bahkan duri, melainkan karena salah satu dari dua perkara: Adakalanya supaya Allah swt mengampuni dosanya yang tidak bisa diampuni, kecuali dengan musibah itu. Atau untuk mencapai suatu kemuliaan yang tidak bisa dicapainya, kecuali dengan musibah seperti itu.”
Jika kita mengacu pada dua hadis di atas, betapa di balik sebuah musibah selalu ada hikmah. Entah karena Tuhan ingin memberikan pengampunan atas dosa dan kesalahan kita atau Tuhan hendak meninggikan derajat kemuliaan kita sebagai manusia.
Oleh sebab itu sabar menjadi satu hal yang penting bagi orang mukmin, terutama di kala tertimpa musibah.
Bahkan, oleh Cak Nur (Ensiklopedi Nurcholish Madjid, h. 2913), sabar merupakan salah satu bentuk kebajikan. Persis seperti diuraikan melalui al-Quran bahwa “mereka yang tabah/sabar, dalam penderitaan, kesengsaraan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (QS.al-Baqarah/2:177).
Sabar dalam menghadapi hidup dan tidak mudah putus asa. Inilah yang juga merupakan syarat atau prakondisi bagi kemenangan suatu kelompok dalam perjuangannya. Biarpun suatu kelompok itu, tetapi kalau tabah/sabar, penuh disiplin, tidak mudah putus asa, maka dia mampu mengalahkan yang banyak.
Firman itu (2:177) terkait dengan pengalaman Nabi Daud yang memimpin sebuah tentara berjumlah kecil, tetapi bisa mengalahkan tentara Jalut yang besar jumlahnya.
Ini adalah simbolisasi orang kecil mengalahkan orang besar, bukan persoalan badannya, tetapi tentara kecil yang disiplin mengalahkan yang besar. (QS. Al-Baqarah/2:249).
Begitu juga sangat menarik merenungkan mengapa agama selalu mengajarkan sifat dan watak kesabaran. “Sabar” (Arab: shabr) artinya tabah menderita, yakni sanggup menunda kesenangan sementara (seperti kesenangan karena merasa “menang” dalam hal-hal sekunder) karena kita berharap dan yakin akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih besar dan lama.
Kebahagiaan yang lebih lama itulah yang dapat kita maknai sebagai suatu kemuliaan yang hendak diberikan oleh Tuhan ketika kita tertimpa musibah, tetapi tabah/sabar menghadapinya.
Dengan demikian sifat sabar di kala tertimpa musibah menjadi hal penting untuk mendapatkan pegampunan sekaligus kemuliaan dari Sang Khaliq. Wallahu a’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar