Minggu, 12 Agustus 2007

Mufakat


Oleh : Sigit Indrijono

''Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Alquran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.'' (QS Alkahfi [18]: 54).

Allah SWT telah banyak membuat perumpamaan dalam Alquran untuk menjelaskan kebenaran hakiki yang berasal dari-Nya. Didorong oleh hawa nafsu, kadang-kadang secara tidak sadar manusia membantahnya. Hal tersebut merupakan penyimpangan dari jalan-Nya.

Sudah selayaknya sebagai orang beriman, kita menerima secara utuh kebenaran yang berasal dari-Nya. Karakteristik tersebut tergambar dalam ayat berikut sebagai suatu komitmen untuk mendengar dan menaati Allah SWT. ''Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya', dan mereka mengatakan: 'Kami dengar dan kami taat'. (Mereka berdoa): 'Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali'.'' (QS Albaqarah [2]: 285).

Dalam fenomena interaksi antarmanusia yang berlangsung, seringkali terjadi beda pendapat diteruskan dengan saling adu argumentasi. Jika masing-masing pihak mempertahankan pendapatnya karena merasa paling benar, maka akan timbul ketegangan. Tak jarang, akhirnya berujung pada permusuhan antarpihak yang banyak membawa kemudharatan.

Permusuhan adalah suatu hal yang dilarang oleh Allah SWT. ''Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.'' (QS Annahl [16]: 90).

Untuk mengatasi beda pendapat dalam hubungan antarmanusia, Allah SWT memberikan solusi dengan jalan musyawarah. Dalam musyawarah, kesepakatan dibuat secara kolektif untuk kepentingan bersama. Semua pihak yang berbeda pendapat dihargai martabatnya. Tidak ada yang merasa dirugikan atas kesepakatan yang diputuskan dalam musyawarah.

''Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.'' (QS Asysyura [42]: 38).

Dengan musyawarah, akan dicapai win-win solution, keputusan yang bisa diterima semua pihak. Mufakat setelah musyawarah adalah keputusan terbaik.

Tidak ada komentar: