Oleh : A Ilyas Ismail
Merdeka atau kemerdekaan (al-hurriyyah) merupakan suatu nilai yang amat tinggi dan merupakan anugerah Tuhan yang amat berharga bagi manusia. Dalam adagiun Arab, terdapat ungkapan, ''La syai'a atsman-u min-a al-hurriyah, tak ada sesuatu yang lebih bernilai ketimbang kemerdekaan.''
Allah SWT berkenan memberikan kemerdekaan itu kepada manusia dan tidak kepada makhluk lain seperti langit dan bumi. Firman Allah, ''Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan suka hati'.'' (QS Fushshilat [41]: 11).
Dalam Islam, kemerdekaan terkait dengan doktrin Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia, sebagai makhluk tertinggi ciptaan Allah, tidak boleh tunduk kepada siapa pun selain Allah. Sebab, ketundukan ini mengandung makna perendahan. Penghambaan manusia kepada sesama manusia, apalagi kepada makhluk lain yang lebih rendah, dapat merendahkan harga diri manusia bahkan melecehkan harkat kemanusiaannya.
Dalam pespektif ini, hanya orang yang bertauhid, ia dapat disebut sebagai orang yang bebas dan merdeka. Ia mampu membebaskan diri dari berbagai belenggu yang akan menjauhkan dirinya dari kebenaran dan dari kepatuhan kepada Allah SWT.
Inilah kemerdekaan sejati yang dibawa dan diadvokasi oleh para Nabi dan Rasul Allah sepanjang sejarah. Kemerdekaan ini pula yang didambakan oleh Siti Hanah, istri Imran, ketika ia bernadzar tentang anak yang dikandungnya. Katanya, ''Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi anak yang bebas dan merdeka.'' (QS Ali Imran [3]: 35).
Kata muharrar (orang merdeka) dalam ayat ini, menurut banyak pakar tafsir, bermakna muwahhid, yaitu orang yang tulus dan sepenuh hati menuhankan Allah dan menyembah hanya kepada-Nya. Menurut tafsir al-Ishfahani, merdeka di sini juga mengandung makna moral dalam arti mampu membebaskan diri dari sifat-sifat tercela seperti korup, sewenang-wenang, dan memperkaya diri.
Bila di suatu negara kemanusiaan dan keadilan ditegakkan, maka tidak akan ada di sana perbudakan dan ketundukan, kecuali kepada Tuhan Yang Mahatinggi. Dengan begitu, manusia dapat hidup bebas dan merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar