Rabu, 29 Agustus 2007

Melukis Sejarah



Sejarah pasti akan mencatat setiap peristiwa; tertulis maupun tidak. Setiap orang yang melihat akan memberi persaksian kepada generasi selanjutnya tentang apa ia saksikan pada zamannya; peristiwa, tokoh, kepahlawanan, keadilan, kecerdasan, kebodohan, keberanian, kepengecutan dan sebagainya. Catatan sejarah anak manusia tidak akan pernah sepi dari berbagai kejadian dan kumpulan cerita kehidupan.

Hingga kini, tercatat beberapa nama yang menjadi simbol dari sebuah karakter. Misalnya, dalam kepemimpinan, Nabi Muhammad; dalam keadilan, Umar Bin Khatab; dalam kelembutan ada Ahnaf; dalam keberanian dikenal nama Antarah; dalam kecerdasan, Iyas bin Muawiyah; atau dalam hikmah dan kebijaksanaan, Luqman.

Di saat hidupnya, mungkin mereka tidak pernah mengira akan dijadikan simbol sebuah sifat tertentu. Mereka menjalani hidup sesuai alur pikiran masing-masing. Sejarahlah yang mengabadikan namanya.

Kita semua pasti akan menjadi bagian sejarah di masa depan. Saat generasi telah berganti; saat jatah hidup dimakan usia, saat umur berlalu mengiringi waktu, saat jarak terpaut begitu jauh dengan masa kehidupan kita saat ini. Saat itulah generasi baru akan bercerita tentang kakeknya, pamannya, bapaknya, atau seseorang (yang mungkin itu kita) yang pernah diceritakan orang kepadanya.

''Dan begitulah masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).'' (QS Ali Imran [3]: 140).

Adalah hal yang tidak mungkin mengubah catatan sejarah yang telah tertulis dan diabadikan oleh zaman. Yang bisa dilakukan adalah merancang sejarah diri sebaiknya-baiknya. Apa yang kita inginkan menjadi citra diri masa mendatang bisa dituliskan sejak saat ini.

Benar kata sebuah nasihat bijak: Ukirlah kenangan, lukislah sejarah, dan jalanilah hidup dengan carta terbaik. Bagaimana engkau menjalani hidup, begitu pulalah kesan orang-orang di saat kematianmu. Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar: