''Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...'' (QS Al-Baqarah [2]: 143)
Sekarang ini umat Islam berada di tengah arus globalisasi. Kesiapan umat Islam dalam menyongsongnya akan sangat menentukan, apakah mereka akan menjadi kelompok penonton, pemain pinggiran, atau menjadi kekuatan yang secara positif menggerakkan sekaligus mengarahkan. Semua posisi yang didapatkan itu, merupakan aspek substansial dalam mengarahkan corak perkembangan yang akan terus bergulir tanpa henti di masa yang akan datang.
Allah telah menyatakan peran yang harus dimainkan Islam, yaitu sebagai ummatan wasathan (umat yang serasi dan seimbang), menjadi saksi atas kebenaran dan keagungan ajaran Allah. Penegasan Allah bahwa umat Islam harus menjadi ummatan wasathan selayaknya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari kita semua. Terutama saat menghadapi perubahan cepat akibat dari kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan besarnya gelombang globalisasi.
Ciri ummatan wasathan yang pertama adalah adanya hak kebebasan yang harus selalu diimbangi dengan kewajiban. Dalam konteks itulah, Allah menyatakan barang siapa yang diberikan hikmah oleh Allah sehingga mampu bersikap seimbang. Ciri kedua adalah adanya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, serta material dan spiritual.
Sejarah perkembangan peradaban manusia memberikan pelajaran yang sangat berharga, bahwa kegagalan dalam mencapai keseimbangan akan mengakibatkan malapetaka. Seringkali, ketika mereka telah mencapai kemajuan material, yang terjadi adalah kerusakan akhlak, keserakahan, dan kegelisahan nurani. Akibatnya, kemajuan yang mereka capai hanya kemajuan yang semu, karena ia tidak membuat manusia menikmati kebahagiaannya yang hakiki.
Ciri ketiga adalah keseimbangan yang terwujud pada pentingnya kemampuan akal dan moral. Kemampuan akal manusia tercermin dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya akan mampu menyelesaikan sebagian persoalan manusia, jadi bukan keseluruhannya. Jika ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai produk kecerdasan akal berada di tangan orang-orang yang tidak memiliki moral yang luhur, juga bisa menimbulkan malapetaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar