Rabu, 19 Desember 2007

Bentengi Jiwa, Jauhi Narkoba

Dari tahun ke tahun, kasus narkoba terus meningkat. Dari catatan BNN (Badan Narkotika Nasional) bila pada tahun 2004 kasus narkoba sebanyak 8.409 kasus, maka pada tahun 2004 berlipat menjadi 17.355 kasus.

Mengapa narkoba terus meningkat? Ternyata barang haram ini meminjam istilah komedian Cici Tegal, bukan barangnya yang enak, tapi duitnya juga enak menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Bayangkan, untuk wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) saja, peredaran uang yang terkait dengan narkoba setiap harinya tak kurang dari Rp 10 miliar!

Yang mencengangkan, saat ini tak kurang dari 8.000 siswa SD menjadi pengguna narkoba. Bahkan, dari data yang dikeluarkan BNN belum lama ini, dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna narkoba dari kalangan pekerja swasta cukup mencolok. Tahun 2001, penguna narkoba dari pekerja swasta sebanyak 1.228 orang, tahun 2006 melonjak tajam hingga 13.914 orang. Pengguna di kalangan buruh, tahun 2001 sebanyak 833 orang, tahun 2006 melonjak menjadi 4.675 orang. Narkoba juga menembus ke berbagai profesi tanpa batas hingga ke kalangan aparat Polri dan TNI, meskipun jumlahnya tak sebanyak pekerja swasta.

Yang sangat mengerikan, seperti diungkapkan Menpora Adhyaksa Dault, setiap tahunnya 15 ribu warga Indonesia tewas menjadi korban narkoba. Kalau dihitung rata-rata sehari sekitar 40 orang. Jadi, betapa seriusnya, kalau setiap tahun harus jatuh korban 15 ribu orang, yang setiap harinya 40 orang meninggal karena narkoba,'' ungkapnya kepada Republika, Senin (3/12).

Peredaran narkoba juga terjadi tak hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bahkan hingga ke pelosok daerah dan luar Jawa. Ketua Badan Narkotika Propinsi (BNP) Kalimantan Selatan, HM Rosehan NB. Mengatakan, narkoba sudah merasuk hingga ke desa-desa. Harus ada kemauan dari masyarakat untuk bersama-sama memerangi narkoba, ujarnya. Sosialisasi dan imbauan, kata dia menjadi percuma tanpa keterlibatan masyarakat.

Ia mencontohkan dana yang dianggarkan Pemda Kalsel untuk penanggulangan narkoba sebasar Rp 600 juta. Dana itu, kata dia, hanya terserap untuk penyuluhan dan inspeksi mendadak. Masyarakat mau tidak mau memang harus terlibat, ujarnya. Namun para publik figur, yang semestinya menjadi contoh, juga banyak yang tumbang karena narkoba. Kasus terakhir menimpa aktor gaek Roy Marten yang digiring ke jeruji besi untuk kedua kalinya dalam kurun hanya delapan bulan.

Pendapat yang menyebut dunia seni dekat dengan narkoba dimentahkan oleh musisi dan pencipta lagu asal Bandung Dwiki Dharmawan. Menurut pentolan di Krakatau Band ini, narkoba sama sekali tidak bisa mendorong kreativitas musisi atau seniman. Malah sebaliknya, ''Seorang musisi akan mengalami disorientasi, hilang tempo, tidak konsisten, atau hilang kontrol emosional dan menyanyi akan fals,'' tegas Dwiki yang belum lama ini sukses menggelar konser Menembus Batas.

Sutradara dan bintang sinetron Para Pencari Tuhan Dedi Mizwar juga membantah jika narkoba bisa mendorong seniman melahirkan karya yang baik. ''Bagaimana mungkin seorang seniman dan musisi bisa membuat karya yang baik, kalau urat syarafnya putus gara-gara narkoba, ujarnya.

Dalam pandangan Ketua umum IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Prof Dr Ahmad satori Ismail mengatakan masalah narkoba dan minuman keras, sudah ada sejak dulu. Penyebabnya antara lain karena kekosongan jiwa dan harta yang banyak. ''Memang banyak faktor hingga munculnya kecanduan terhadap narkoba. Salah satunya adalah kekeringan iman, ujarnya. Jadi sebelum gerilyawan narkoba menyambangi rumah-rumah kita, mari kita siapkan bentengnya: keimanan! n dam

( )

Tidak ada komentar: