Rabu, 19 Desember 2007

Esensi Kurban adalah Ketaatan

Jumat, 14 Desember 2007

Berikan kepada-Nya yang terbaik, sebab sesungguhnya Sang Maha Pemilik tidak membutuhkan apa pun dari kita. Kitalah yang selalu yang membutuhkan-Nya.

Sejarah qurban itu dibagi menjadi tiga, yaitu zaman Nabi Adam AS; zaman Nabi Ibrahim AS; dan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada zaman Nabi Adam AS, kurban dilaksanakan oleh putra-putranya, Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok peternak. Saat itu sudah mulai ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk kurban.

Sebagai petani Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai peternak Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kurban. Qabil mengeluarkan kurban yang terbaik ternak yang gemuk dan sehat Habil melakukan sebaliknya.

"Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata, "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil, " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al-Maidah [5]: 27).

Kisah kurban kedua adalah pada zaman Nabi Ibrahim AS. Ia bermimpi mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Ismail AS. Ketaatannya diberi imbalan dengan Allah menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan seekor hewan ternak yang besar.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, perintah kurban ditegaskan dalam Alquran surat Al-Kautsar ayat 1-3, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan Berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Esensi kurban bukanlah menyembelih hewan setahun sekali, namun ketaatan penuh atas seluruh perintah Allah SWT. Berikan kepada-Nya yang terbaik, sebab sesungguhnya Sang Maha Pemilik tidak membutuhkan apa pun dari kita. Kitalah yang selalu yang membutuhkan-Nya. Allah menguji keimanan kita seperti menguji keimanan Ibrahim dengan memerintahkan menyembelih Ismail AS. Allah tidak membutuhkan darah dan dagingnya. Dia sekadar menguji keimanan Ibrahim AS dengan perintah yang berat itu, ujar Direktur Eksekutif LAZIS Al Azhar Peduli Umat, Anwar Sani, Ahad (9/10).

Filosofi ini berlaku hingga hari ini. Di saat kebutuhan ekonomi masyarakat semakin materialistis, Allah menguji kita untuk berkurban. Tentu akan terasa berat bagi yang mementingkan urusan dunia. Namun akan menjadi ringan saat kita taat kepada-Nya. Motivasi lainnya dengan kurban kita akan berbagi dengan masyarakat dhuafa di pedalaman dan korban bencana. Insya Allah terwujud nilai silaturahim yang luar biasa.

Sekretaris Koordinasi Dompet Dhuafa Republika Yuli Pujihardi mengatakan sekarang ini saat yang terbaik untuk berkurban, di tengah-tengah banyaknya musibah yang menimpa bangsa Indonesia. Kurban menjadi lebih bermakna saat orang tengah mengalami kesulitan, daging hewan kurban dapat menjadi penyejuk hati mereka orang-orang yang tengah ditimpa berbagai musibah tersebut, ujarnya.

Bagaimana menyalurkannya? Saat ini, banyak lembaga amil zakat yang mengoordinasi kurban untuk didistribusikan di daerah-daerah yang membutuhkan. Misalnya saja, LAZIS Al Azhar Peduli Umat membuat program Qurban by Request memberikan pilihan kepada para pekurban untuk memilih daerah yang dituju ke 20 propinsi.

Prioritas distribusi, kata Sani daerah rawan pangan dan pascabencana. Program ini telah dipersiapkan tiga bulan lalu. Artinya peternak sudah siap-siap menggemukkan kambing dan sapi melalui program pemberdayaan, sehingga kita dapat memprediksi harga pada hari H, ujarnya. Program yang sama sudah dilakukan sejak dulu oleh Dompet Dhuafa. Bahkan untuk tahun ini, kurban tak hanya didistribusikan di daerah miskin di Tanah Air, tapi juga di manca negara, yaitu di Pulau Mindanao (Filipina) dan Kamboja.

Sedangkan Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FOSSEI) bekerjasama dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap) tahun ini bekerjasama menggulirkan program 'Qurbanku’ untuk korban bencana alam dan konflik sosial. Berkurban tak harus di kandang sendiri kan? dam

Syarat dan Adab Berkurban

Syarat hewan kurban adalah:
-Hewan sehat, tidak cacat misalnya pincang, tidak buta, telinganya tidak rusak dan tidak kurus serta ekornya tidak terpotong.
-Umur hewan untuk kurban domba atau kambing yang tekah berumur satu tahun atau lebih yang telah bergenti gigi)
sapi atau kerbau yang telah berumur dua tahun atau yang tekah berganti gigi.

-Penentuan umur kambing atau domba dapat dilakukan dengan memperhatikan pergantian gigi-gigi pertama menjadi gigi terasah. Adab Menyembelih:
- Menghadapkan kepala hewan kurban ke arah kiblat - Membaca bismillah
- Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
- Membaca takbir (Allahu Akbar)
- Berdoa, ''Ya Allah, ini perbuatan dari perintah-Mu, saya kerjakan karena-Mu, terimalah oleh-Mu amalku ini.''

( )

Tidak ada komentar: