Senin, 03 Desember 2007

Haji Mabrur



Oleh : Yusuf Burhanudin

Siapa pun pasti mengharapkan agar ibadah hajinya mabrur. Karena, tidak ada balasan bagi haji mabrur selain surga. Mabrur berasal dari padanan kata al-birr (kebaikan). Seperti termaktub dalam firman Allah SWT, ''Kamu tidak akan memperoleh kebaikan (al-birr) kecuali mendermakan sebagian harta yang kamu cintai,'' (QS Ali Imran [3]: 92).

Ayat di atas dengan tegas menyatakan, yang disebut kebaikan adalah kepedulian sosial. Seperti ditegaskan dalam ayat lain, kata al-birr menunjuk kebaikan sosial moril maupun materil yang terpancarkan kepada orang yang kita cintai; kerabat, anak yatim, fakir miskin, musafir, pengemis, dan memerdekakan hamba sahaya (QS Al Baqarah [2]: 177).

Dalam konteks inilah orang yang berangkat haji berkali-kali di kala masih banyak tetangga yang kelaparan sebenarnya kontraproduktif dan tumpul menghayati jihad sosial yang terkandung dalam isyarat haji terutama dalam mengempati, mengemansipasi, dan mengangkat harkat dan martabat sesama yang masih hidup dalam garis kemiskinan.

Berhaji itu cukup sekali, berikutnya para hujaj mengemban misi pengabdian sosial di masyarakatnya masing-masing. Rasulullah SAW bersabda, ''Sungguh Allah telah mewajibkan haji kepada kalian.'' Aqra' bin Habis berdiri dan bertanya, ''Apakah setiap tahun wahai Rasulullah!'' Rasulullah menjawab, ''Jika saya mengatakannya, maka wajib. Haji itu wajibnya sekali, barangsiapa menambahnya itu adalah sunat,'' (HR Muslim).

Dimensi haji yang terutama adalah vertikal, tetapi efek yang diharapkan darinya sangat horizontal. Inilah yang dimaksud haji mabrur, adanya keterkaitan segi vertikal (hablum minallah) dalam ibadah dengan segi horizontal (hablum minannas) dalam kerja-kerja kemanusiaan. Filosofi rukun Islam menempatkan haji sebagai kewajiban puncak seorang Muslim. Dalam gizi makanan, haji ibarat minuman penyempurna setelah empat kewajiban sebelumnya. Haji disimpan sebagai rukun terakhir setelah pengorbanan lisan melalui kesaksian (syahadat), pengorbanan waktu melalui shalat, dan pengorbanan harta dengan zakat.

Haji bukanlah gengsi maupun prestasi sosial, tetapi simbol kualitas kemanusiaan. Ibadah haji menjadi puncak kedewasaan mental-spiritual seseorang karena menjadi titik sinergi kewajiban individual dan amanah sosial. Inilah haji mabrur, pahalanya surga

Tidak ada komentar: