Rabu, 19 Desember 2007

Substansi Kurban



Oleh : Saefudin Jaza

Kata kurban (dalam bahasa Arab berarti mendekatkan) tidak dikenal dalam istilah fikih Islam sebagai kata yang bermakna penyembelihan hewan pada Idul Adha. Fikih Islam menggunakan istilah dhahiyah atau udh-hiyah. Sebagian ulama mengistilahkannya dengan an-nahr diambil dari istilah Alquran surat Al-Kautsar ayat 2.

Ibadah kurban sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam AS dengan perintah kepada putra-putranya (Qabil dan Habil) untuk mengorbankan dari hasil mata pencahariannya masing-masing. Kemudian dipertegas lagi oleh Nabi Ibrahim AS yang dengan kepasrahannya menyembelih putranya Ismail. Syariat kurban ini dilanjutkan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan Imam Tirmizi, ''Aku diperintahkan menyembelih kurban dan kurban itu disunahkan bagi kamu.''

Sejatinya, ibadah kurban juga banyak mengandung pesan-pesan moral dan nilai-nilai pendidikan, antara lain: pertama, melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah. Kalau Nabi Ibrahim AS dengan patuh dan tulus menyembelih putranya yang sangat disayangi, kita hanya diminta menyembelih hewan kurban yang dalam ketentuan fikih harus bagus, besar, sempurna, dan tidak cacat.

Namun bukan hewan kurbannya yang akan mendekatkan kita dengan Allah. ''Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya.'' (Al-Haj [22]: 37) Kedua, menghilangkan nafsu bahimiyah (nafsu kebinatangan). Ketika hewan kurban jatuh ke bumi saat disembelih, seolah-olah putuslah sifat-sifat kebinatangan seperti serakah, kejam, penindas, egois, otoriter, dan sebagainya. Saat itu hendaknya si pelaku kurban menyaksikannya sambil memanjatkan doa kepada Allah agar dihindarkan dari sifat-sifat tersebut.

Ketiga, menumbuhkan sifat tawadhu dan menghilangkan sifat sombong atau takabur. Sebelum hewan kurban disembelih, pelaku kurban disunahkan mengumandangkan kalimat takbir, tahmid dan tahlil. Ini bermakna bahwa hanya Allah yang Mahabesar, yang patut disanjung dan dipuji, tiada tuhan selain-Nya. Keempat, menanamkan rasa kasih sayang kepada orang lain. Karenanya daging kurban hendaknya dibagikan kepada sasaran yang tepat, yaitu para fakir miskin yang sangat membutuhkannya.

Kelima, menumbuhkan sifat dermawan. Ibadah kurban dilakukan berulang-ulang setiap tahun bagi yang mampu. Ini tiada lain sebagai proses pembiasaan dan pembelajaran, karena sesuatu yang diulang-ulang, lama-lama akan menjadi watak, tabiat, dan akan sulit untuk dihilangkan.

Tidak ada komentar: