Oleh Desy Arisandy
Cinta merupakan suatu fitrah emosional yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap makhluk. Namun, apakah cinta sebenarnya? Tentunya, setiap individu memiliki definisi tersendiri tentang cinta. Seorang penyiar akan berbeda mendefinisikan cinta dengan seorang penyair. Begitupun dengan seorang pelukis atau seorang sastrawan.
Berbicara mengenai cinta, tentu tidak akan pernah membosankan. Karena, cinta hadir dalam setiap napas kehidupan dan selalu hadir dalam jiwa anak manusia. Namun, apakah kita menyadari, kepada siapakah cinta itu seharusnya dilabuhkan?
Di dalam Islam, tentunya cinta seseorang harus berlandaskan pada ketaatan sebagaimana firman Allah SWT, ''Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS Ali Imran [3]: 31). Dan, jika ''berselingkuh'' dari mencintai Allah, derajat kita akan sangat rendah. ''Katakanlah, taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.'' (QS Ali Imran [3]:32). Allah merupakan mata air cinta, telaga bagi jiwa yang haus akan kasih-Nya. Hanya Dia-lah sumber dari segala sumber yang ada, kekal dan Maha mencintai makhluk-Nya.
''Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.'' (QS Almaidah [5]: 54). Maka, kepada siapa lagi kecintaan manusia akan bermuara, jika semua jawaban atas pertanyaan tertuju pada Sang Khalik. Jelaslah bahwa cinta yang sejati dan tidak akan pernah mati hanya kecintaan yang tertuju kepada Allah.
Sejatinya, apabila manusia menginginkan kesempurnaan cinta, keselamatan abadi, dan kebahagiaan hakiki, hendaklah ia serahkan segala cintanya kepada yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi, dan Mahahakiki.
Begitupun jika kita dihadapkan untuk mencintai sesama, cintailah karena Allah SWT semata. Begitupun sebaliknya, jika membenci, bencilah karena Allah SWT dan jangan berlebihan.
(-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar