'
Oleh: Mukhamad Fahrudin
''Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika dia mengerjakan sholat?'' (QS Al 'Alaq [76]: 9-10).
Kalau kita merujuk ke beberapa kitab tafsir, seperti Jalalain, Altafsiru Almuyassar, Ibn Katsir, Aisaru Altafasir, dan lain-lainnya, akan kita dapati bahwa orang yang melarang itu adalah Abu Jahal. Sedangkan, seorang hamba yang dilarang mengerjakan shalat tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.
Mengenai sabab al nuzul ayat ini, Imam Jalaludin Al Sayuthi dalam Lubab Alnuqul-nya menyebut sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. Ia berkata, ''Ketika Rasulullah SAW akan mengerjakan shalat, tiba-tiba Abu Jahal datang lalu melarang Nabi SAW mengerjakan shalat, lalu Allah menurunkan ayat Ara aita al ladzi yanha, 'abdan idza sholla hingga ayat kadzibatin khotiah.
Itulah Abu Jahal empat belasan abad yang lalu. Dia dengan terang-terangan melarang seorang hamba Allah, Muhammad SAW, yang akan bermunajat kepada Rabb-nya.
Zaman berganti. Namun, karakter Abu Jahal tak pernah mati. Dia bisa benda hidup atau juga benda mati. Tidakkah kita merasa bahwa selama ini kita ternyata dikelilingi juga oleh benda-benda yang berpotensi untuk menjadi 'Abu Jahal Modern' yang mengusung spirit setan.
Jika Abu Jahal zaman dulu dengan terang-terangan melarang Nabi SAW shalat, para 'Abu Jahal Modern' ini dengan cara halus, cara yang tidak kita sadari. Bila tidak untuk melupakan shalat, minimal menunda-nunda waktu shalat. Berapa banyak teman-teman kita, saudara-saudara kita, keluarga kita yang ketika adzan sudah dikumandangkan masih asyik menonton televisi atau asyik masyuk bertelepon ria dengan ponselnya. Nanggung, demikian alasannya.
Hal yang sepele, tapi kadang mengalahkan suatu kewajiban yang sudah jelas perintahnya. Semakin modern zaman, semakin modern pula cara-cara setan menggoda anak cucu Adam. Ungkapan ini setidaknya dapat membuat kita untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi tipu daya setan di sekitar kita, apa pun bentuknya.
Mau tidak mau, kita sendiri yang harus bisa mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai justru kita sendiri yang menciptakan 'Abu Jahal Modern', yang memberi kenikmatan sesaat, namun menjerumuskan kita ke dalam kekufuran pada Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik.
(-)
Oleh: Mukhamad Fahrudin
''Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika dia mengerjakan sholat?'' (QS Al 'Alaq [76]: 9-10).
Kalau kita merujuk ke beberapa kitab tafsir, seperti Jalalain, Altafsiru Almuyassar, Ibn Katsir, Aisaru Altafasir, dan lain-lainnya, akan kita dapati bahwa orang yang melarang itu adalah Abu Jahal. Sedangkan, seorang hamba yang dilarang mengerjakan shalat tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.
Mengenai sabab al nuzul ayat ini, Imam Jalaludin Al Sayuthi dalam Lubab Alnuqul-nya menyebut sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. Ia berkata, ''Ketika Rasulullah SAW akan mengerjakan shalat, tiba-tiba Abu Jahal datang lalu melarang Nabi SAW mengerjakan shalat, lalu Allah menurunkan ayat Ara aita al ladzi yanha, 'abdan idza sholla hingga ayat kadzibatin khotiah.
Itulah Abu Jahal empat belasan abad yang lalu. Dia dengan terang-terangan melarang seorang hamba Allah, Muhammad SAW, yang akan bermunajat kepada Rabb-nya.
Zaman berganti. Namun, karakter Abu Jahal tak pernah mati. Dia bisa benda hidup atau juga benda mati. Tidakkah kita merasa bahwa selama ini kita ternyata dikelilingi juga oleh benda-benda yang berpotensi untuk menjadi 'Abu Jahal Modern' yang mengusung spirit setan.
Jika Abu Jahal zaman dulu dengan terang-terangan melarang Nabi SAW shalat, para 'Abu Jahal Modern' ini dengan cara halus, cara yang tidak kita sadari. Bila tidak untuk melupakan shalat, minimal menunda-nunda waktu shalat. Berapa banyak teman-teman kita, saudara-saudara kita, keluarga kita yang ketika adzan sudah dikumandangkan masih asyik menonton televisi atau asyik masyuk bertelepon ria dengan ponselnya. Nanggung, demikian alasannya.
Hal yang sepele, tapi kadang mengalahkan suatu kewajiban yang sudah jelas perintahnya. Semakin modern zaman, semakin modern pula cara-cara setan menggoda anak cucu Adam. Ungkapan ini setidaknya dapat membuat kita untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi tipu daya setan di sekitar kita, apa pun bentuknya.
Mau tidak mau, kita sendiri yang harus bisa mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai justru kita sendiri yang menciptakan 'Abu Jahal Modern', yang memberi kenikmatan sesaat, namun menjerumuskan kita ke dalam kekufuran pada Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik.
(-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar