Minggu, 30 November 2008

Kekayaan Ilmu


Oleh Desy Arisandy

Saat mendengar kosakata 'kekayaan', yang hadir dalam benak kita adalah harta yang melimpah, rumah yang megah, mobil yang mewah, atau tabungan yang menggunung. Namun, apakah kita mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya Allah SWT telah melimpahkan kekayaan yang nilainya jauh lebih tinggi dan dahsyat yang bersemayam dalam diri setiap anak manusia?

Dialah Sang Maha Pencipta yang telah menghadirkan sebuah organ penting dalam diri manusia, yang membuat kita berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Dengan organ itulah, manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang kurang baik, dapat berpikir, bertindak, dan merasa. Ciptaan dahsyat itulah yang kerap disebut dengan akal. Ketahuilah bahwa sesungguhnya akal merupakan kekayaan yang tiada banding.

Ali bin Abi Thalib RA berkata, ''Sesungguhnya, kekayaan yang paling tinggi nilainya adalah akal dan kemelaratan yang paling parah adalah kebodohan.'' Seseorang yang mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan akalnya dengan baik, ia pun dapat mengubah kemiskinan menjadi kekayaan yang tiada tara. Namun, berbanding terbalik dengan seseorang yang tiada memiliki akal. Ia dapat mengubah kekayaan menjadi kemiskinan karena ketidakmampuan dalam menggunakan anugerah terindah tersebut.

Melalui akal normal, kita membangun mental intelektual dengan berpikir maksimal dan aktual. Allah SWT telah menjelaskan keutamaan orang-orang berilmu, ''... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat ....'' (QS Almujadilah [58]: 11).

Nabi Muhammad SAW pun bersabda, ''Ilmu merupakan pendamping di saat takut, teman saat terasing, teman bicara di kala sendiri, dalil atas kesenangan dan kesusahan, senjata dalam menghadapi musuh, dan hiasan di hadapan teman. Allah SWT meninggikan banyak kaum dengannya, lalu menjadikan mereka sebagai pionir di dalam kebajikan. Jejak mereka pun diikuti, perbuatan mereka ditiru, dan pendapat mereka dijadikan rujukan.'' (HR Ibnu Adil Barr dari Mu'adz bin Jabal).

Tentu, semua itu bermuara pada setiap helai pemikiran akal. Oleh sebab itu, senantiasa kita jaga kesucian dan kebeningannya sebab di sanalah terdapat pikiran. Pikiran itu merupakan cahaya dari kesempurnaan akal.

(-)

Tidak ada komentar: