''Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, Kami kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).'' (QS Attin [95]: 4-5).
Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur materi (tanah) dan immateri (ruh Allah). Dan, setelah mati, akan dikubur dalam tanah. Sayangnya, tidak semua manusia memiliki kesadaran akan pentingnya becermin pada tanah.
Manusia justru sering terlibat konflik karena persoalan tanah. Manusia tidak menyadari tanah adalah simbol kerendahan, kehinaan, dan hawa nafsu. Tapi, tanah juga lambang kehidupan: tanah air, tanah tumpah darah, tanah kelahiran, dan sebagainya.
Menurut Ali Syari'ati, orang yang terpenjara oleh hawa nafsunya akan selalu memilih selera rendah dan murahan dalam hidupnya. Unsur tanah (materi) yang ada dalam dirinya selalu mendorongnya untuk berbuat tanpa mengindahkan suara hati nurani.
Hidupnya hanya untuk memuaskan perut dan yang ada di bawah perut (libido seksualnya). Karena itu, manusia terjerembab dalam asfala safilin (derajat terendah/terhina). Padahal, pada awalnya, manusia merupakan makhluk terbaik; melebihi malaikat yang tidak dibekali nafsu dan mengungguli jin yang tidak diberi ruh Ilahi.
Tanah juga merupakan sumber kehidupan karena mengandung air, api, oksigen, dan zat-zat yang dibutuhkan makhluk untuk hidup. Namun, tanah juga sumber konflik jika manusia mementingkan egoismenya. Tanah seharusnya dimaknai sebagai ladang ibadah agar nilai hidupnya tidak terkubur oleh tanah itu sendiri. Sejarah dan kebaikan seseorang idealnya tidak berakhir dengan dikuburnya orang itu dalam tanah.
Oleh karena itu, Nabi SAW menanamkan nilai tanah sebagai masjid, bukan semata-mata sebagai tempat tinggal, bercocok tanam, atau berusaha. ''Allah memberikan tiga keunggulan kepada kami (umat Muhammad) dibandingkan dengan umat-umat lain: barisan (kesatuan) kami dijadikan seperti barisan para malaikat, bumi Allah ini dijadikan sebagai masjid, dan tanahnya dijadikan sebagai alat bersuci ketika tidak ada air.'' (HR Muslim).
Dalam hadis lain, Nabi SAW memerintahkan umatnya untuk shalat di mana pun di muka bumi ini. ''Allah telah menjadikan untukku tanah (bumi) ini sebagai tempat bersujud dan tempat yang suci. Karena itu, di mana pun engkau memasuki waktu shalat, laksanakanlah shalat itu di situ.'' (HR Albaihaqi). Hadis ini mendidik kita semua untuk menjadikan tanah itu suci. Tanah itu milik Allah yang Mahasuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar