Kamis, 31 Januari 2008

Memberi Maaf



Rabu, 30 Januari 2008


Oleh : Alwi Shahab

Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan dengan memberikan posisi tinggi kepada si pemberi maaf. Karena, seperti dikemukakan oleh Alquran dan hadis Nabi, sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang takwa. ''... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali Imran 134). Nabi Muhammad SAW sendiri dikenal sebagai seorang yang pemaaf dan berlapang dada.

Hal ini dapat kita buktikan saat pembebasan Kota Makkah, ketika Nabi di hadapan orang-orang yang selama belasan tahun memusuhinya, bahkan berupaya untuk menghilangkan nyawanya. Kepada mereka Rasulullah berkata, ''Wahai orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu sekalian, apa yang akan aku perbuat terhadap kamu sekarang?'' Jawab mereka, ''Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu kami yang pemurah.'' Mendengar jawaban itu Nabi berkata, ''Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!''

Dari peristiwa ini, kita melihat betapa luhur dan lapang dadanya Nabi dalam memberikan maaf justru terhadap mereka yang selama ini telah memusuhi, membenci, menghina, dan menyakitinya. Tanpa menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kebencian maupun rasa ingin membalas dendam. Padahal ketika itu, seluruh pasukannya yang berjumlah sekitar 10 ribu orang siap melakukan apa saja yang diperintahnya, dan tinggal menunggu isyarat Beliau. Penulis sejarah Nabi Muhamaad SAW, Muhammad Husain Haekal, mencatat peristiwa penaklukan Makkah itu sebagai pengampunan umum (amnesti) massal pertama di jagad ini.

Pernah Rasulullah, sebagai seorang komandan, menata sendiri dan menyusun barisan dalam Perang Badar. Beliau mendatangi seorang prajurit yang berdiri agak ke depan dari barisan pasukan. Rasul menekan prajurit tersebut dengan tongkatnya agar dia mundur sedikit ke belakang, sehingga barisan menjadi lurus.

Prajurit itu berkata, ''Wahai Rasulullah, tongkat itu menyakiti perutku. Aku harus membalas!'' Rasulullah memberikan tongkatnya kepada prajurit itu seraya berkata, ''Balaslah!'' Orang itu maju ke depan dan mencium perut Nabi sambil berkata, ''Aku tahu, bahwa aku akan terbunuh hari ini. Dengan cara ini aku menyentuh tubuhmu yang suci.'' Belakangan dia menghambur ke depan, menyerang musuh dengan pedangnya, hingga syahid dalam Islam.

Sikap Nabi Muhammad SAW yang penyayang, penyantun, dan pengampun, menunjukkan bahwa beliau bukanlah manusia yang suka permusuhan. Dalam surah An-Nur ayat 22 Allah berfirman: ''... dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.'' Dalam Al-Baqarah ayat 237 yang artinya ''... dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa ...

Tidak ada komentar: