Rabu, 21 November 2007

Hakikat Tauhid



Oleh : Yusuf Burhanudin

Maraknya aliran sesat dewasa ini hendaknya membuat kita waspada untuk senantiasa membentengi diri dengan pemahaman akidah tauhid yang benar. Menurut para ulama, inti tauhid tidak terlepas dari dua dimensi keimanan; meyakini tiada tuhan selain Allah SWT dan mengikrarkan diri bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Keyakinan terhadap keesaan Allah sesungguhnya bukan sekadar mengakui Allah sebagai pencipta langit, bumi, dan seisinya. Tauhid dalam pengertian ini sesungguhnya diakui pula oleh kaum jahiliyah. Tergambar dalam firman-Nya, ''Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka, betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar),'' (QS Al-Ankabut [29]: 61).

Pengakuan terhadap keesaan Allah berikutnya mesti diiringi ketulusan untuk dibimbing sunah Rasulullah SAW, sang pembawa risalah. Firman-Nya, ''Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya guna (menjalankan) agama yang lurus, supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat; yang demikian itulah agama lurus.'' (QS Albayyinah [98]: 5).

Menurut Syekh Dr Shalih bin Fauzan, konsekuensi mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah SWT yaitu dengan menaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunahnya, meninggalkan bid'ah (kebalikan sunah), dan mendahulukan sabdanya dari seluruh pendapat manusia.

Mengesampingkan peran Rasulullah SAW saat memahami risalah Islam dalam kitab suci Alquran merupakan ketimpangan mendasar yang tidak bisa ditoleransi. Terlebih banyak ayat Alquran membutuhkan rincian dan pembatasan baik menyangkut lafadz dan kandungan maknanya. Inilah salah satu misi penting Rasulullah SAW diutus ke bumi, ''Dan Kami turunkan kepadamu Alquran agar engkau jelaskan kepada manusia apa yang turun kepada mereka.'' (QS Annahl [16]: 44).

Para ulama salafussalih telah menggariskan ketegasan benderang, ''Sesungguhnya firman paling benar adalah Kitabullah, dan petunjuk terbaik petunjuk Rasulullah. Perkara paling jelek ialah yang diada-adakan, semua yang diada-adakan adalah bid'ah, semua bid'ah sesat, dan semua yang sesat di neraka.''

Ketegasan di atas bukan penyederhanaan, melainkan betapa akidah Islam tidak mengenal relativitas kebenaran karena telah dibatasi penjelasan otoritatif Rasulullah SAW. Tanpa batasan, kebenaran hanya nilai gamang tanpa akhir. Semoga kita teguh dalam keimanan lurus sampai kelak ajal tiba. Amin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wahai saudaraku janganlah sdra mencari tuhan karena Tidak ada tuhan yang ada hanyalah Allah, dan jangan pula mencari Allah niscaya sdra akan menemukan diri anda Allah "dengan menunjuk kedalam dada saudara" Tetapi carilah Rabb =Tuan \Pemilik anda pastilah sdra akan menemukan Allah dan andapun jadi hambaNya dan milikNya lalu carilah
Illah=Penguasa/Yang Kuasa terhadap diri anda maupun alam smesta ini pastilah sdra akan bertemu dengan Allah dan jiwa sdrapun akan tentram dalam Genggaman (Kekuasaan)Nya
Untuk wacana lebih lanjut dan profil saya silahkan hub. www.ponpesgratis.blogspot.com. Jika bacaan ini benar dan bermanfaat mohon bantuan pensosialisasiannya Dari Muhammad Dharmawan *Banda Aceh.