Minggu, 25 November 2007

Bekal Haji



Oleh : Sigit Indriyono

''Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.'' (Al Baqarah [2]: 197).

Kesempatan untuk berhaji merupakan karunia dari Allah SWT yang patut disyukuri. Banyak orang yang telah mendaftarkan diri untuk beribadah haji, namun harus menunggu daftar antrean cukup panjang. Ada juga yang telah memiliki kemampuan untuk berhaji, tetapi masih belum berencana melaksanakannya. ''Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.'' (QS Ali Imran [3]: 97).

Ibadah haji harus dilakukan secara ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT dan untuk ber-taqarrub kepada-Nya. Ibadah ini tidak didorong oleh motivasi yang lain, seperti mendapatkan sanjungan dari orang, mencari popularitas, berbangga diri atau sekadar ikutan karena tetangga, rekan kerja dan kerabat telah berhaji. ''Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah SWT.'' (QS Al-Baqarah [2]: 196).

Ayat di atas, selain berisi perintah kepada kita untuk berhaji secara ikhlas karena Allah SWT, juga perintah untuk menyempurnakannya. Untuk itu, diperlukan pemahaman manasik haji secara benar sesuai syariat. Ada dua kriteria amal yang harus diperhatikan agar diterima Allah SWT. Pertama, amal dilakukan dengan ikhlas, semata mengharap ridh-Nya. Kedua, amal dilakukan dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dua hal di atas bersifat mutlak, harus dipenuhi keduanya. Jika hanya satu yang dipenuhi, menjadikan amal tidak berarti di sisi-Nya.

Di samping itu, kita dituntut pula mengerti makna yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji. Berbagai macam makna simbolis yang terkandung dalam pakaian ihram, thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i dari Bukit Shofa ke Bukit Marwah bolak-balik, wuquf di Padang Arafah, melempar jumrah harus dipelajari dan dimengerti. Dengan demikian, ibadah haji bisa dilakukan dengan penuh penghayatan secara mendalam, bukan sekadar gerak fisik ritual tanpa makna.

Dan, seperti bunyi ayat di atas, takwa adalah bekal terbaik untuk berhaji. Takwa tidak bisa didapatkan secara seketika. Memerlukan usaha yang istikamah untuk mendapatkannya. Sabar, syukur, istighfar, dan banyak berbuat kebajikan sebagai indikator takwa, merupakan kunci-kunci kenikmatan selama beribadah di Tanah Suci. Semoga menjadi haji yang mabrur.

Tidak ada komentar: